Selainnama Syekh Magelung Sakti dan Pangeran Soka dia pun mempunyai begitu banyak nama alias yang diantaranya yaitu Pangeran Karangkendal. Nama Pangeran Karangkendal sendiri ia sanggup alasannya ketika sekitar kurun XV ketika dia ditugaskan untuk berbagi agama Islam di wilayah Utara, ia tinggal di Desa Karangkendal, Kapetakan (± 19 km sebelah
87zpuI. News Saturday, 14 Jan 2023, 0521 WIB Komplek Makam Magelung SaktiDok. LaduniNYANTRI-Merencanakan ziarah ke makam para waliyullah di hari weekend adalah waktu yang tepat. Bagi pegawai kantoran mungkin hanya Sabtu dan Minggi baru bisa melaksanakan perlu juga diperhitungkan jarak tempuh dan akan memakan waktu berapa hari untuk berziarah yang sekiranya tak mengganggu kepada pekerjaan di hari Seninnya. Kecuali Anda sengaja izin atau mengambil cuti. Scroll untuk membaca Scroll untuk membaca Strategi yang mungkin dapat dilakukan adalah berziarah ke makam waliyullah jaraknya terjangkau. Nah bagi Anda yang tinggal di Jabodetabek tapi ingin berziarah agak jauh sedikit dan tidak mengganggu pekerjaan, Cirebon dan sekitarnya bisa menjadi tujuan destinasi ziarah Anda. Berikut 3 tempat ziarah rekomended dekat JabodetabekMakam Sunan Gunung JatiTak sah rasanya jika berziarah ke Cirebon tidak bertawassul ke salah satu makam Walisongo ini. Alamatnya di Jalam Alun-Alun Ciledug, Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa namanya yang masyhur dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, Sunan Gunung Jati yang memiliki nama asli Syarif Hidayatullah maka banyak pecinta ziarah mengunjungi tempat ini. Tak hanya dari warga Jawa Barat tetapi juga dari berbagai daerah di Indonesia. Bagi warga Jabodetabek akses saat ini lebih mudah dan singkat dengan adanya tol sehingga tak akan mengganggu hari kerja Syekh Magelung SaktiMakam ini bisa menjadi tujuan ziarah lainnya jika di Cirebon. Tempat ini juga ramai dikunjungi pada peziarah setiap harinya. Dalam sejarah berdasarkan catatan berbagai sumber disebutkan bahwa Syekh Magelung juga dikenal dengan panggilan Pangeran Soka Putra dari Syam. Maksud kedatangannya ke Cirebon awalnya untuk mencari orang yang bisa memotong rambut panjangnya. Ki Kuwu adalah orang yang bisa berjalannya waktu, ia akhirnya mendirikan pesantren di sebuah pedukuhan yang sekarang dikenal dengan Desa Karang Kendal. Ia pun menjadi salah satu ulama yang disegani di ini berlokasi di Desa Karangkendal, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Juga Syekh Quro KarawangAnda juga bisa berziarah ke Karawang. Di sana ada makam ulama penyebar agama Islam. Dia adalah Syekh Quro. Alamatnya di Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang, Jawa Quro menginjakkan kakinya pertama kali di Nusantara di Cirebon 1409 M. Saat di Cirebon warga antusias mempelajari agama Islam darinya. Namun aktifitasnya tidak disukai oleh Prabu Anggalarang karena waktu pemerintahan dikuasai Hindu. Syekh Quro pun tempat Syekh Quro kemudian mendirikan pondok untuk menjadi pusat ajaran Islam. Syekh Quro meninggal di kawan Lemahabang. Menurut beberapa sumber makamnya baru ditemukan pada 1859 oleh Raden Somaredja dan Syekh Tolha atas perintah Kesultanan Cirebon untuk mencari makan Syekh Quro. Ziarah Ziarah Cirebon Ziarah Karawang Wisata religi Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini Jurnalis dan pernah nyantri
Suggérer une modification MLA 8TH édition Finkelstein, Maxwell W.. "Parc national Pukaskwa". l'Encyclopédie Canadienne, 04 mars 2015, Historica Canada. Date consulté 16 juin 2023. Copier APA 6TH édition Finkelstein, M. 2015. Parc national Pukaskwa. Dans l'Encyclopédie Canadienne. Repéré à Copier CHICAGO 17TH édition Finkelstein, Maxwell W.. "Parc national Pukaskwa." l'Encyclopédie Canadienne. Historica Canada. Article publié février 07, 2006; Dernière modification mars 04, 2015. Copier TURABIAN 8TH édition l'Encyclopédie Canadienne, "Parc national Pukaskwa," par Maxwell W. Finkelstein, Date consulté juin 16, 2023, Copier Date de publication en ligne le 7 février 2006 Dernière modification le 4 mars 2015 Le parc national Pukaskwa créé en 1971, superf. 1888 km2 est délimité à l'ouest par le littoral du lac Supérieur, une étonnante série de caps massifs et de plages à blocs situés dans la région du bouclier, et un ancien plateau de granit et de gneiss criblé de lacs et disséqué par des rivières en cascade Le parc national Pukaskwa créé en 1971, superf. 1888 km2 est délimité à l'ouest par le littoral du lac Supérieur, une étonnante série de caps massifs et de plages à blocs situés dans la région du bouclier, et un ancien plateau de granit et de gneiss criblé de lacs et disséqué par des rivières en cascade Parc national Pukaskwa Barrett & MacKay/avec la permission du Service canadien des parcs. Le parc national Pukaskwa créé en 1971, superf. 1888 km2 est délimité à l'ouest par le littoral du lac Supérieur, une étonnante série de caps massifs et de plages à blocs situés dans la région du bouclier, et un ancien plateau de granit et de gneiss criblé de lacs et disséqué par des rivières en cascade. Cette région sauvage abrite l'orignal, l'ours noir, le caribou, le loup et les plus petites espèces adaptées à la forêt nordique où poussent l'épinette noire, le pin gris et le bouleau blanc. Les fosses de Pukaskwa » attestent de la présence des Ojibwés depuis les origines. La raison d'être de ces rochers méthodiquement placés demeure un mystère. Au XVIIe siècle, les explorateurs européens s'amènent, suivis peu après des commerçants de fourrures et des travailleurs de l'industrie forestière. Aujourd'hui, le parc Pukaskwa invite l'explorateur moderne à pagayer sur ses rivières printanières turbulentes et à faire de la randonnée dans les collines accidentées. Le logement commercial est offert dans la ville voisine de Marathon, en Ontario. Articles recommandés
Description Pusaka Klewer Sakti The Pusaka is a small unique magical object consecrated with sacred prayers and ancient rituals by a master of the Islamic Occult Arts. It has many magical virtues but its primary purpose is to increase your attraction to the opposite sex, improve existing relationships, and gain respect and influence over people. There are no rituals associated with the use of this magic object, most of its powers are automatic, and it need only be carried in a pocket or purse to be effective. A simple mantra is provided that can help bind the talisman to your being and accelerate the manifestation of its magical virtues. Pusaka Klewer Sakti is a mystical artifact that is believed to hold spiritual powers and is considered a sacred heirloom in Indonesia. It is a beautiful and ornate object that is often used in traditional Indonesian rituals and ceremonies. The artifact is made from a variety of materials, including gold, silver, and precious stones. Its intricate design and beautiful craftsmanship make it a true work of art. Pusaka Klewer Sakti is believed to have the power to heal illnesses, protect against negative energies, and bring good luck and prosperity. The history of Pusaka Klewer Sakti is shrouded in mystery, and its origins are unknown. It is believed to have been passed down from generation to generation, and its power is said to have grown stronger over time. In order to use Pusaka Klewer Sakti for spiritual purposes, it is important to seek the guidance of a spiritual teacher or guru. They can provide guidance on how to properly use the artifact in rituals and ceremonies, and how to harness its power for spiritual growth and enlightenment. In addition to its spiritual significance, Pusaka Klewer Sakti is also a symbol of Indonesian culture and heritage. It is a reminder of the rich history and traditions of Indonesia, and its beauty and power continue to inspire and awe people all over the world. In conclusion, Pusaka Klewer Sakti is a mystical artifact that holds great spiritual power and significance. Whether you are using it for spiritual purposes or simply admiring its beauty, it is a reminder of the rich cultural heritage and spiritual traditions of Indonesia. Magickal Virtues of the Pusaka Klewer Dramatically increases charisma and powers of attraction The user will gain the respect and admiration of all they interact with. Strikes fear into the hearts of the user’s enemies Improves relationships with family members, reduces family discord and brings peace and unity to families Note All items come with an Item Instruction Paper. These will be sent to you after you have confirmed receipt of your package. The Instruction Paper will advise you how to use and care for your item. Contact us to let us know you have received your package to obtain this item’s Instruction Paper. Note Items may vary in size, colour and appearance from the image shown; however its purpose will remain the same as that described above. Pictures are illustrations purpose only, actual media differs from batch to batch
Syekh Magelung Sakti adalah seorang ulama murid Sunan Gunung Jati yang berpenampilan sangat khas yaitu dengan menggelung rambut panjangnya. Konon rambutnya sendiri panjangnya hingga menyentuh tanah, karena tidak bisa dipotong dengan apapun dan oleh siapapun. Sehingga dia lebih sering mengikat rambutnya gelung, kemudian dikenal sebagai Syekh Magelung Syekh dengan rambut yang tergelung.Berdasarkan Babad Cirebon Syekh Magelung Sakti berasal dari negeri Syam Syria, dengan panggilan Syarif Syam. Saat kanak-kanak Syarif Syam tergolong bocah yang jenius, tak salah jika pada usia 7 tahun, di kalangan guru dan para pendidiknya dia telah menyandang panggilan sebagai sufi cilik. Agaknya inilah yang menyebabkan kenapa di kala itu dia menjadi anak yang diperebutkan di kalangan guru besar di seluruh negara bagian Timur Tengah. Bahkan di usia 11 tahun, dia telah mampu menempatkan posisinya sebagai pengajar termuda di berbagai tempat ternama, misalnya Madinah, Makkah, istana raja Mesir, Masjidil Agso, Palestina, dan berbagai tempat ternama begitu, dia juga banyak dihujat oleh ulama, karena kian hari rambutnya kian memanjang tak terurus. Sehingga dalam pandangan mereka, Syarif Syam, terkesan bukan sebagai seorang pelajar sekaligus pengajar religius yang selalu mengedepankan tatakrama. Pelecehan dan hinaan yang kerap diterimanya, membuat Syarif Syam mengasingkan diri selama beberapa tahun di salah satu goa di daerah Haram, itu dikarenakan rambut Syarif Syam semakin panjang. Namun dia bukannya tak mau mencukur rambutnya yang lambat laun jatuh menjuntai ke tanah, tapi apa daya, walau telah ratusan kali berikhtiar ke belahan dunia lain, tetapi, dia belum pemah mendapatkan seseorang yang mampu memotong rambutnya itu. Konon, sejak dilahirkan ke alam dunia, rambut Syarif Syam memang sudah tidak bisa dipotong oleh sejenis benda tajam apapun. Sehingga pada usia 30 tahun, Syarif Syam diambil oleh Istana Mesir untuk menjadi panglima perang dalam mengalahkan pasukan Romawi dan Tartar. Dari sinilah namanya mulai masyhur di kalangan masyarakat luas sebagai panglima perang sakti di antara para prajurit perang yang ada sebelumnya. Betapa tidak, jika kala itu kepiawaian seorang panglima perang bisa terlihat pada saat mengatur strategi perang serta keandalannya memainkan pedang, tombak serta ketepatan dalam memanah. Berbeda dengan Syarif Syam yang akhimya dikenal dengan sebutan Panglima Mohammad Syam Magelung Sakti, jika dia mengibaskan rambutnya yang panjang dan keras mirip kawat baja ke arah musuh-musuhnya. Akibatnya sudah dapat diduga, para musuh tak ada yang berani mendekat, dan lari pontang-panting karenanya. Sampai di usia 32 tahun, selama 12 tahun kemasyhurannya sebagai sosok panglima perang berambut sakti itu benar-benar tak tertandingi. Hingga pada usia 34 tahun dia mendapat petunjuk, yang mengharuskannya mencari guru sebagai pembimbingnya yang juga dapat memotong tanpa banyak pertimbangan, dia langsung meninggalkan istana raja Mesir yang saat itu benar-benar amat membutuhkan tenaganya. Dengan perbekalan secukupnya dan berteman ratusan kitab, Syarif Syam pun mulai mengarungi belahan dunia dengan menggunakan jukung sejenis perahu kecil bercadik. Dalam perjalanan ini, dia pun mulai singgah dan bahkan mendatangi beberapa ulama terkenal untuk menerimanya sebagai murid, di antaranya Syeikh Dzatul Ulum di Libanon, Syeikh Attijani di Yaman bagian Selatan, Syeikh Qowi bin Subhan bin Arsy di Beirut, Syeikh Assamargondi bin Zubair bin Hasan India, Syeikh Muaiwiyyah As- Salam, Malaita, Syeikh Mahmud, Yarussalem, Syeikh Zakariyya bin Salam bin Zaab Tunisia, Syeikh Marwan bin Sofyan Siddrul Muta’alim, Campa, dan masih banyak yang walau begitu banyak para waliyulloh yang didatangi, tak satupun di antara mereka yang sanggup memotong rambutnya. Kemudian Syarif Syam ini terus berkelana pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari siapa yang sanggup untuk memotong rambut panjangnya itu. Jika dia berhasil menemukannya, orang tersebut akan diangkat sebagai gurunya. Hingga suatu hari, dia bertemu dengan seorang pertapa sakti Resi Purba Sanghyang Dursasana Prabu Kala Sengkala, diperbatasan Selat Malaka. Dari sang resi inilah Syarif Syam mendapat kabar jika rambutnya dapat dipotong oleh salah seorang wali di tanah Jawa. Mendengar itu, Syarif Syam sangat senang dan seketika minta diri untuk langsung melanjutkan perjalanannya menuju ke tanah Jawa. Dan setibanya di pesisir Pulau Jawa, Syarif pun singgah di suatu pedesaan sambil tiada hentinya bertafakur memohon kepada Allah SWT agar dirinya dapat dipertemukan dengan wali yang selama ini diimpi-impikannya. Dan tepat pada malam Jum’at Kliwon, di tengah keheningan malam Syarif Syam mendapat petunjuk jika wali yang ditemuinya berada di Cirebon yaitu Sunan Gunung Jati. Hingga akhirnya Syarif Syam tiba di Cirebon. Dan benar saja, ketika di Cirebon inilah Syarif bertemu dengan orang tua yang dengan mudahnya memotong rambut dia. Tempat dimana rambut Syarif Syam berhasil dipotong kemudian diberi nama Karanggetas. Orang tua itu yang kemudian belakang diketahui bernama Sunan Gunung Jati pun sesuai dengan nazarnya akhirnya menjadi guru dari Syekh Magelung Sakti dan berganti nama menjadi Pangeran Soka. Selepas menjadi murid Sunan Gunung Djati, Syekh Magelung Sakti atau Pangeran Soka kemudian ditugaskan oleh gurunya tersebut untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon bagian Utara. Selain nama Syekh Magelung Sakti dan Pangeran Soka, Syarif Syam juga memiliki gelar Pangeran Karangkendal. Nama Pangeran Karangkendal sendiri dia dapat karena ketika sekitar abad XV saat ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Utara. Dia tinggal di Desa Karangkendal, Kapetakan kurang lebih 19 kilometer sebelah Utara Cirebon. Di desa ini pun Syekh Magelung Sakti kemudian diangkat anak oleh penguasa Karangkendal yang bernama Ki Tarsiman yang mempunyai nama lain Ki Krayunan atau Ki Gede Karangkendal, bahkan disebut pula dengan julukan Buyut Selawe, karena mempunyai 25 anak dari istrinya yang bernama Nyi Magelung Sakti mempunyai seorang istri yang juga memiliki nama besar di wilayah Cirebon yakni Nyi Mas Gandasari. Menurut Babad Cirebon sebelum menikahi wanita sakti tersebut, Syekh Magelung Sakti mendengar sayembara bahwa ada bangsawan cantik bernama Nyi Mas Gandasari yang sedang mencari pasangan hidupnya. Berita mengenai sayembara tersebut didapatnya saat Syekh Magelung Sakti ditugaskan oleh Sunan Gunung Jati untuk berkeliling ke arah barat tersebut menyebutkan barang siapa yang mampu mengalahkan Nyi Mas Gandasari maka dia akan bersedia menjadi istri dari orang yang berhasil mengalahkannya dalam adu kesaktian tersebut. Banyak diantaranya pangeran dan ksatria yang mencoba mengikuti sayembara tetapi tidak ada satu pun yang berhasil, hingga akhirnya Syekh Magelung Sakti terjun ke arena sayembara. Pada dasarnya kemampuan dan kesaktian dari keduanya berimbang, hanya saja karena faktor kelelahan akhirnya Nyi Mas Gandasari pun menyerah dan berlindung dibalik punggung Sunan Gunung meski Nyi Mas Gandasari sudah berlindung dibalik punggung Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung Sakti masih tetap saja menyecarnya dengan serangan-serangan mematikan hingga dalam satu kesempatan tinju sang Syekh hampir saja mengenai kepala dari Sunan Gunung Jati. Tetapi, anehnya sebelum tinju itu mendarat di kepala Sunan Gunung Jati, dengan serta merta Syekh Magelung Sakti jatuh lemas. Sunan Gunung jati pun akhirnya memutuskan bahwa dalam pertempuran tersebut tidak ada yang kalah ataupun menang. Meskipun begitu, Sunan Gunung Jati tetap menikahkan keduanya dan mereka pun akhirnya resmi menjadi suami istri. Setelah keduanya dinikahkan oleh Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung Sakti menyebarkan Islam di tanah Jawa sampai akhir hayatnya dimakamkan di Kampung Karang, Desa Karang Kendal, Cirebon. Sumber - dan diolah dari berbagai sumbersms
Cirebon - Kota dan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, memiliki sejumlah situs keramat. Ada yang berupa sumur, tanah, benda pusaka dan lainnya. Beberapa di antaranya diyakini bisa membantu menyembuhkan mengunjungi sejumlah tempat keramat yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Terlepas dari sekadar mitos atau fakta, situs keramat ini selalu ramai dikunjungi Tanah Keramat Desa Lemahtamba Desa Lemahtamba, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sejarah Desa Lemahtamba menjadi bagian syiar Islam di Kabupaten Cirebon, yang dilakukan Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon, putra dari Prabu lemah memiliki arti tanah. Sedangkan kata tamba bermakna mengobati. Tanah di Desa Lemahtamba, tepatnya di situs keramat Pangeran Surya Negara diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Kondisinya tertutup. Pengunjung atau masyarakat yang ingin mengambil tanah di sumur itu harus didampingi juru sumur, ada juga Balong Buyut Ribut, yang airnya juga dipercaya memiliki khasiat dapat menyembuhkan penyakit. Kepala Desa Lemahtamba Kusnan Agutian mengatakan situs keramat itu sudah ada sejak dulu. "Lemah itu kalau dalam bahasa Indonesia tanah, sedangkan tamba artinya obat. Jadi, Lemah Tamba ini tanah yang bisa mengobati. Dulunya memiliki nama Padepokan Ci Kujang pada zaman dulu, sekitar tahun 1443 masehi," kata Kusnan saat berbincang dengan detikJabar beberapa waktu menceritakan, situs keramat Pangeran Surya Negara muncul setelah peristiwa ditancapkan pusaka kujang milik Prabu Siliwangi. Tanah yang terkena pusaka itu mengeluarkan air. Hingga kini, tanah dan air itu diyakini bisa menyembuhkan itu berada di wilayah Padepokan Ci Kujang, tempat pengobatan yang dikelola Syekh Magelung Sakti, murid dari Mbah Kuwu Cirebon."Ceritanya Syekh Magelung Sakti terkena sabetan selendang milik Nyi Mas Ganda Sari saat menonton sayembara. Kemudian mengalami kelumpuhan. Ternyata kelumpuhan itu sembuh saat dibawa ke padepokan Ci Kujang," kata Kusnan yang juga menjabat sebagai juru sebelumnya Desa Lemahtamba bernama Cikujang. Karena banyaknya masyarakat yang datang ke tanah keramat itu, kemudian lambat laun berubah nama menjadi Lemahtamba."Secara medis tanah dan air di Lemah Tamba ini tidak mengandung apa-apa. Karena beratus-ratus tahun didoakan dan dibacakan ayat-ayat Al-Quran, kami memercayai dan besar kemungkinan kualitas air di sini menjadi lebih baik daripada air lainnya. Sehingga bisa dijadikan obat," kata Kusnan."Sampai sekarang Lemahtamba menjadi tempat ziarah dan pengobatan. Tentunya melalui izin Allah, utamanya keyakinan diri kita sendiri. Kalau yakin, semuanya bisa sembuh," kata Kusnan pemakaman Nyi Ratu Mas Gandasari. Foto Sudirman Wamad/detikJabar2. Kompleks Pemakaman Nyi Ratu Mas GandasariKompeks pemakaman Nyi Ratu Mas Gandasari berlokasi di Desa Panguragan, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Kompleks pemakaman ini dulunya dijadikan sebagai Padepokan Mangkuragan. Padepokan yang dipimpin Nyi Ratu Mas tersebut meninggalkan sejumlah situs bersejarah, seperti lumbung padi, sumur dan lainnya. Nah, sumur-sumur yang berada di kompleks tersebut diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Sumur yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit yakni Sumur Dalem dan Sumur Kejayaan."Sumur-sumur itu memiliki khasiat masing-masing, intinya untuk pengobatan. Tapi, utamanya kita harus yakin dengan Allah, air sumur hanya medianya," kata penjaga kompleks Nyi Ratu Mas Gandasari, Wanda saat berbincang dengan menceritakan sosok Nyi Ratu Mas Gandasari. Perempuan asal Aceh. Pada abad ke-14 Nyi Ratu Mas Gandasari diadopsi Mbah Kuwu Cirebon, saat itu usia Nyi Ratu Mas Gandasari masih anak-anak."Nyi Ratu mengikuti jejak Mbah Kuwu Sangkan menyebarkan agam Islam," kata Rayu berparas cantik. Banyak yang jatuh hati kepadanya. Singkat cerita, menurut Wanda, Nyi Ratu sempat membuat sayembara di Padepokan Mangkuragan."Yang berhasil menang dalam sayembara itu akan menjadi suami Nyi Ratu. Singkatnya, yang menang dalam sayembara itu Syekh Magelung Sakti. Padahal, Syekh Magelung itu awalnya hanya menonton, ingin mencari Mbah Kuwu Cirebon," kata Wanda, Nyi Ratu memiliki selendang sakti bernama Juwana. Selendang tersebut digunakan Nyi Ratu saat melawan musuhnya. "Katanya bisa melumpuhkan lawannya. Selendangnya sakti sekali, waktu sayembara juga menggunakan selendang," kata Ketandan. Foto Sudirman Wamad/detikJabar3. Sumur Keramat KetandanSelain Desa Lemahtamba, ada juga sumur keramat yang berlokasi di sekitar Alun-alun Keraton Kasepuhan Cirebon, Kota Cirebon, Jawa Barat, diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Situs ini bernama Sumur Ketandan lokasinya berada persis di bawah pohon beringin tua. Selain menyembuhkan penyakit, khasiat air sumur ini diyakini bisa menghalau sihir kunci Sumur Ketandan Raden Syarifudin mengatakan, situs keramat ini merupakan peninggalan dari Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon. Sumur Katandan selalu ramai dikunjungi peziarah."Banyak yang ziarah ke sini. Ada yang mandi atau membawa pulang airnya. Ikhtiarnya itu bisa menyembuhkan penyakit, ada juga yang berikhtiar untuk menghilangkan santet. Ya, alhamdulillah sembuh," kata Syarifudin beberapa waktu mengatakan air hanya sebatas sebagai media pengobatan. Utamanya, lanjut Syarifudin, peziarah tetap berdoa pada Allah."Jangan sampai berlebihan. Jangan mintanya ke situsnya, tapi minta lah doa kepada Allah," kata Pangeran Cakrabuana merupakan salah seorang nelayan yang pandai membuat terasi. Beranjak dari kisah tersebut, lanjut dia, tak sedikit nelayan yang memandikan perahunya menggunakan air sumur tersebut."Intinya air sumur ini medianya. Karena yang namanya situs itu syariat, ziarah itu ikhtiarnya. Kepentingannya ya masing-masing. Tapi, doa tetap kepada sang pencipta," menambahkan Sumur Ketandan memiliki makna sebagaia tanda. "Ketandan itu artinya tanda. Dulu itu, tempatnya orang tua itu ada cirinya ada sumurnya. Jadi ini tanda lokasi tempat leluhur dulu," kata Syarifudin. Simak Video "Dinkes Tasik Telusuri Pasien Diduga Meninggal Gegara Ditolak Puskesmas" [GambasVideo 20detik] sud/orb
pusaka syekh magelung sakti